Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Gedung Mayor Sogo Universitas Bojonegoro (Unigoro) pada Rabu (21/03/2018) siang, tampak cukup ramai dihadiri oleh ratusan orang, baik dari mahasiswa, pelajar dan umum.
Sedangkan keramaian tersebut dalam rangka untuk mengikuti pelaksanaan kegiatan diskusi yang bertema “Stop Korupsi” dan Nonton Bareng (Nobar) film tentang pengungkapan korupsi di sekolah dengan judul, “Menolak Diam”.
Adapun kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) IDFoS Indonesia ini, menghadirkan beberapa narasumber untuk kegiatan diskusi yakni dari Transparency International Indonesia (TII), Agus Sarwono, Direktur IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo dan Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB) – Unigoro, Mas Arief Januarso.
Dalam kegiatan tersebut sebenarnya juga diundang perwakilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun berhalangan untuk hadir.
Dalam sambutannya, Ketua YSB – Unigoro, Mas Arief Januarso menyampaikan keprihatinanya terhadap perilaku koruptif yang saat ini sudah mulai tertanam di generasi muda.
Menurutnya, berlaku curang dalam ujian sekolah atau nyontek adalah salah satu gejala penyakit korupsi yang sebisa mungkin untuk dihindari sejak dini.
“Kita dan generasi muda khususnya harus mulai menanamkan sikap anti korupsi, kita tumbuhkan budaya malu untuk berbuat curang. Ya contoh kecilnya nyontek saat ujian, generasi muda harus siap untuk menolak nyontek jika ingin belajar mencegah perilaku koruptif,” ujarnya dengan disambut tepuk tangan para peserta diskusi.
Ajakan untuk menolak mencontek tersebut mendapatkan apresiasi yang besar dari kalangan pelajar SMP dan SMA yang turut hadir, bahkan seusai acara disiapkan spanduk deklarasi menolak mencontek sebagai wujud dukungan.
Sementara itu, diskusi tentang korupsi menjadi lebih seru ketika dua narasumber yakni dari IDFoS dan Transparency International Indonesia secara terbuka menyoroti persoalan korupsi di desa.
“Korupsi Dana Desa (DD) bisa sangat mudah terjadi karena minimnya pengawasan, dan sikap dari masyarakat yang kurang mau tahu tentang transparansi di desa,” ungkap Direktur IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo.
Hal senada juga diungkapkan oleh Agus Sarwono dari Transparency International Indonesia yang menyebut bahwa dengan minimnya pemberitaan tentang korupsi yang terjadi bisa berakibat pada minimnya pengawasan terhadap praktik korupsi.
“Kita mendorong pentingnya keterbukaan, semisal dalam pengelolaan DD, karena praktik korupsi ini bahkan biasanya sudah dimulai saat proses perencanaan, dengan minimnya pemberitaan di media tentu juga akan berpengaruh dalam pengawasan tindak pidana korupsi tersebut,” ucapnya.
Dalam sesi tanya jawab banyak peserta yang datang bertanya mengenai cara pencegahan dan mendeteksi terjadinya korupsi yang semakin membuat diskusi menjadi menarik.
Kegiatan diskusi sendiri diakhiri dengan pemutaran film ‘Menolak Diam’ yang juga mampu menghibur serta mengedukasi peserta untuk lebih mengenal praktik-praktik korupsi. *[JP]