Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro menggelar ‘Internasional Symposium Bojonegoro Desa Rasa Kota, Kota Rasa Desa (DRK – KRD)’, di ruang partnership room lantai 4 Gedung Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (26/02/2018).
Symposium yang dimoderatori oleh nama besar Pauline Boedianto dari Community Educator Independent Negotiator ini, menghadirkan berbagai narasumber, diantaranya Wiwi Tjiook dari IDN Liveable Cities NL Landscape Architect lAmsterdam Belanda, dan Florian Heinzelmann Director SHAU Architect, serta konsultan internasional Daliana Suryawinata.
Selain itu, symposium yang diikuti langsung oleh Bupati Bojonegoro, Kang Yoto ini, tampak dihadiri pula Plt Bupati Nganjuk Abdul Wachid Badrus, serta 250 tamu undangan dari berbagai kalangan.
Dalam sambutannya, Bupati Bojonegoro, Kang Yoto menyampaikan, visi konsep DRK – KRD muncul ketika dirinya bertemu dengan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu dan konsultan PT SHAU Bandung Daliana Suryawinata beberapa waktu lalu.
Dijelaskannya, dalam mewujudkan konsep DRK – KRD ini, Pemkab Bojonegoro menghadirkan berbagai narasumber yang ahli dalam penataan ruang kota. Sehingga stakeholder maupun masyarakat bisa lebih percaya diri untuk mewujudkan Bojonegoro menjadi Kota Rasa Desa dan Desa Rasa Kota.
“konsep Desa Rasa Kota, Kota Rasa Desa memang butuh perjuangan, tapi semua sudah sesuai mekanisme perencanaan kita, dan selanjutnya harus dilakukan sosialisasikan tiada henti,” jelas Kang Yoto.
Sesuai konsep DRK – KRD, ada berbagai perubahan yang kemungkinan akan dilakukan dalam wajah Bojonegoro, baik itu di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sehingga harapan kita untuk menjadikan Bojonegoro sebagai kota masa depan (future of city) bisa terealisasi.
“Kemungkinan perubahan – perubahan yang akan dilakukan dalam aplikasi konsep Desa Rasa Kota, Kota Rasa Desa meliputi fasilitas olah raga, ruang terbuka hijau dan sarana bermain keluarga,” ungkap Bupati.
Sementara untuk fasilitas kesehatan di Desa, menurut Kang Yoto, akan terus ditingkatkan menjadi lebih representatif dan terjangkau lagi, sehingga kedepannya masyarakat Bojonegoro diharapkan bisa mendapatkan semua pelayanan kesehatan sebagaimana fasilitas kesehatan yang terdapat di perkotaan.
“Harapannya multiplier effect dari program DRK – KRD ini bisa meningkatkan kunjungan wisata, menggairahkan UMKM, lebih banyaknya intensitas pameran budaya dan kuliner khas Bojonegoro, serta maraknya aneka festival dan pesta warga di daerah,” ucap Kang Yoto penuh semangat.

Hal senada disampaikan Nurul Azizah selaku panitia symposium. Menurutnya, konsep DRK – KRD ini merupakan program pengembangan wilayah kota dengan desa. Yang mana harapannya bisa menarik orang luar untuk melihat keindahan dan budaya Bojonegoro.
“Semoga dengan program DRK – KRD ini nantinya dapat meningkatkan kunjungan ke tempat – tempat wisata, termasuk mengeliatnya ekonomi masyarakat,” ungkap Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bojonegoro ini.
Sementara itu, dalam presentasinya, konsultan PT SHAU Bandung, Suryawinata Daliana selaku narasumber symposium ini, menuturkan kekagumannya terhadap suasana kota Bojonegoro, sebagaimana yang telah di dokumentasikan selama ini. Diantara kekaguman Deliana akan keberadaan bunga bougenville yang tertanam di sepanjang jalan utama Bojonegoro.
“Saya berfikir ini akan menjadi hal yang menarik dan bisa menjadi potensi simbol Bojonegoro sebagaimana bunga tulip yang berada di Belanda,” tutur Daliana.
Masih banyak hal lainnya, lanjut Deliana, yang dimiliki oleh Bojonegoro yang ke depan bisa dikembangkan lagi, seperti keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di seputaran alun – alun kota.
“Di Beijing ada lokasi khusus yang disediakan oleh pemerintah sana untuk melokalisir PKL dan menata keberadaan mereka dengan rapi dan nyaman” lanjut Daliana menerangkan.
Ditambahkannya, Kota Bojonegoro dalam pengembangannya harus tetap dipertahankan suasana desa. Begitu pula pengembangan di 412 desa Se- Bojonegoro juga tetap harus dipertahankan dengan menambah fasilitas yang mendukung sebagaimana yang ada di perkotaan, antara lain, fasilitas kesehatan yang memadai, olahraga, juga fasilitas pendidikan.
“Bojonegoro itu khas dan unik, seperti di kota bisa dilihat banyak masyarakat duduk lesehan di tepi jalan. Dalam bercengkerama duduk lesehan tidak harus karena makan, tetapi juga rapat atau membahas sesuatu,” tambah Daliana menjelaskan.
Masih dalam kesempatan yang sama, Community Educator Independent Negotiator, Pauline Boedianto mengapresiasi visi DRK – KRD. Menurutnya, DRK – KRD itu merupakan pemikiran yang maju jauh kedepan agar perkembangan Kota Bojonegoro tidak seperti Jakarta yang padat.
Perlu diketahui, acara Internasional Symposium Bojonegoro yang diikuti 250 tamu undangan dari berbagai kalangan ini, berlangsung sangat meriah. Bahkan acara semakin meriah dengan kehadiran Plt Bupati Nganjuk Abdul Wachid Badrus dalam acara ini. *[JP]