Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar Literasi Sistem Resi Gudang (SRG).
Acara yang dihadiri langsung Kepala Bappebti – Kemendag RI, Bachrul Chairi ini, bertema “SRG Sebagai Penggerak Pertumbuhan Perekonomian Daerah dan Daya Saing Bangsa”, dan bertempat di Kampus Unigoro, Jl. Lettu Suyitno Bojonegoro, Jatim, Kamis (30/03/2017).
Dalam acara ini, juga tampak hadir Kadisperindag Kabupaten Bojonegoro, Drs. Basuki, Perwakilan SKPD, Bank, Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB) – Unigoro, Arief Januarso, M.Si. (Mas Arif), Rektor Unigoro, Slamet Kiswantoro, MM., Poktan, Mahasiswa, dan lainnya.
Mengawali sambutannya, Kepala Bappebti – Kemendag RI, Bachrul Chairi menyampaikan, Bappebti merupakan salah satu unit eselon I Kemendag, yang tupoksinya Membina, Mengatur, Mengawasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Pasar Lelang, dan SRG .
Dijelaskan oleh Bachrul Chairi. Bahwa Resi Gudang adalah dokumen kepemilikan barang yang disimpan di gudang tertentu yang terakreditasi dari Bappebti – Kemendag RI. Dan Resi Gudang yang merupakan tupoksi Bappebti ini bermanfaat untuk jaminan pinjaman di lembaga keuangan serta manfaat lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
“Karena begitu panjangnya mata rantai sebelum dan sesudah panen. Maka SRG ini dibuat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani beserta pelaku bisnisnya. Di Negara lain, seperti di Eropa, SRG terbukti memberikan dampak besar dalam meningkatkan kesejahteraan petaninya. Sedang di Indonesia yang berhasil SRG yaitu di Cianjur,” jelasnya.

Lebih jauh Bachrul menyampaikan, mengingat pentingnya SRG tersebut, maka Bappebti berharap sinergitas semua fihak khususnya peran akademisi untuk mensosialisasikan SRG kepada petani dan pelaku usaha lainnya melalui KKN Mahasiswa, dan sebagainya, juga uji komoditas SRG, bahkan memasukkan SRG sebagai mata kuliah wajib.
Hal senada disampaikan Kadisperindag Bojonegoro, Drs. Basuki. Menurutnya, SRG ini memberikan nilai tambah terhadap komiditas para petani. Gampangnya seperti gabah / beras petani ini digadaikan, selanjutnya petani mendapatkan pinjaman dana sebesar 70%, dan fasilitas lainnya. Serta saat dijual gabah / berasnya mendapatkan harga yang tinggi.
Sementara itu, menanggapi peran akademisi dalam SRG. Ketua YSB – Unigoro, Arief Januarso (Mas Arif) menyampaikan, Unigoro mendukung SRG sepenuhnya. Namun dalam mewujudkannya ada banyak tantangan dari perilaku petani yang cenderung instan, karena hal ini terkait masalah kebutuhan pokok yang harus mendapatkan solusi yang terbaik.
Selain itu, Mas Arif memaparkan, SRG tersebut sejalan dengan visi Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energy. Maka dalam mewujudkan SRG di Bojonegoro yang mayoritas masyarakatnya petani ini, dibutuhkan grand desain kebijakan pembangunan Bojonegoro yang lebih memperhatikan masalah pertanian secara komperhenship.
“Kemandirian dan pemberdayaan petani harus diprioritaskan. Untuk itu, hal utama dalam menyukseskan SRG di Bojonegoro adalah merubah perilaku petani dalam memahami manfaat ikut SRG. Disisi lain, penerapan SRG di Bojonegoro bisa diterapkan dengan mengadopsi konsep lumbung desa kedalam sistemnya SRG ini,” papar Mas Arif.
Perlu diketahui, komoditi yang tercakup dalam SRG. Yakni ada Gabah, Beras, Jagung, Kopi, Kakao, Lada, Karet, Rumput Laut, Rotan, Garam, Gambir, Teh, Kopra, dan Timah. Selain itu, jenis komoditi tersebut dapat ditambah sesuai usulan masyarakat melalui Pemda setempat, instansi terkait / Asosiasi komoditi. *[JP]