Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Bertempat di rumah salah satu tokoh suku Samin, Mbah Harjo Kardi, sebanyak 37 Komunitas Suku Samin mengikuti “Rembug Budoyo Sedulur Sikep” dalam rangka Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke – 339, di Dusun Jipang, Desa / Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, Jum‘at (14/10) malam.
Acara yang dihadiri Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto, M.Si. (Kang Yoto), Wabup, Drs. H. Setyo Hartono (Kang Harto), Dandim 0813 Bojonegoro Letkol Inf M. Herry Subagyo, dan Kapolres AKBP Wahyu Sri Bintoro ini dimeriahkan Nonton Bareng (Nobar) jajaran Forpimda bersama warga Dusun Jipang dengan pertunjukan kesenian Wayang.
“Wong iku kudu ngerti opo iku urip (orang harus tau apa artinya hidup), hidup itu tidak hanya makan saja, namun hidup harus rukun, tidak iri dan dengki,” ujar Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Bojonegoro di acara itu.
Sementara itu, Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro mengungkapkan kekagumannya atas keteguhan pendirian oleh suku Samin yang masih menjaga budaya dan filsafat hidup warisan nenek moyang itu.
“Semoga masyarakat Samin bisa mempertahankan budaya yang masih dipegang teguh sampai saat ini,” ungkapnya.
Senada dikatakan oleh Dandim 0813 Bojonegoro Letkol Inf M. Herry Subagyo, bahwa tetap terjaganya kebudayaan suku Samin yang dilandaskan pada kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan tersebut, susah ditemukan di era keterbukaan ini.
“Ajaran Suku Samin bisa digunakan sepanjang masa. Yang mana Samin berarti sami-sami angin, maksudnya bersama-sama lakukan hal-hal yang baik, bertekad mengusir penjajah dan ingin punya Negara yang tentram. Secara bersama-sama bergotong royong menuju masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila,” tandasnya.
Perlu diketahui selain di Kabupaten Bojonegoro, Suku Samin tersebar juga di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sedang ajaran Suku Samin yang utama tentang 5 saran yang berkaitan dengan ilmu unduk jiwa raga, jasmani dan rohani. Yakni Pertama, Kehendak yang didasari usaha pengendalian diri.
Selanjutnya Kedua, Dalam beribadah kepada yang Maha Kuasa, harus menghormati sesama mahluk tuhan. Ketiga, Dalam mawas diri, melihat batin sendiri setiap saat dan menyelaraskan dengan lingkungan. Keempat, Dalam menghadapi bencana/bahaya, itu merupakan cobaan dari yang maha kuasa. Kelima, Berperang pada budi pekerti. *[JP]