Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bojonegoro, M. Syamsuri, M. Pdi., mengikuti upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Ke- 4 Tahun 2018, di Alun-alun Kabupaten Bojonegoro, Senin (22/10/2018) pagi.
Upacara yang dipimpin langsung oleh Bupati Bojonegoro Dr. Hj. Anna Mu’awanah ini, dihadiri pula Wakil Bupati Bojonegoro, Forpimda Kabupaten Bojonegoro, dan para Kyai bersama ribuan santri. Serta HSN Tahun 2018 ini, bertema “Bersama Santri Damailah Negeri“.
Kepala Kantor Kemenag Bojonegoro, M. Syamsuri, M. Pdi., usai upacara mengatakan, upacara HSN merupakan bagian rangkaian acara peringatan HSN Tahun 2018. Yang mana sebelumnya telah digelar lomba Musabaqoh Qiro’atil Kutub (MQK) di Masjid Agung Darussalam Bojonegoro pada Selasa, 16 Oktober 2018 lalu, dan acara-acara lainnya.
“Aneka lomba dan acara telah digelar untuk memeriahkan HSN tahun 2018 sekaligus memasyarakatkan budaya santri, termasuk malam ini diadakan Gema Sholawat Nabi bersama Haddad Alwi. Dan harapan kami, semoga peringatan HSN Tahun 2019 nanti semakin meriah, sehingga budaya santri yang dikenal berakhlaqul karimah semakin dicintai serta diterapkan dalam kehidupan masyarakat secara luas,” harap M. Syamsuri, M. Pdi.

Sementara itu, Bupati Bojonegoro Dr. Hj. Anna Mu’awanah (Bu Anna), saat membacakan amanat Menteri Agama Republik Indonesia dalam upacara ini menyampaikan, bahwa peringatan HSN yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober ini diilhami dari Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang memantik terjadinya peristiwa heroik 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Disampaikankan pula, ada 3 poin Resolusi Jihad. Yakni Pertama : Setiap muslim, tua, muda dan miskin sekalipun wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan indonesia. Ke-dua : pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak dianggap Syuhada’ (mati syahid). Ke-tiga : Warga yang memihak kepada Belanda diangap memecah belah kesatuan dan persatuan. Oleh Karena Itu, harus dihukum mati.
“Resolusi Jihad adalah seruan Ulama-Santri yang mewajibkan setiap muslim Indonesia untuk membela kedaulatan Tanah Air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena itu, pada Peringatan HSN tahun 2018 ini, marilah kita dijadikan momentum untuk mempertegas peran santri sebagai pionir perdamaian yang berorientasi pada spirit moderasi Islam di Indonesia,” ucap Bu Anna.

Ditambahkannya, dengan kharakter kalangan pesantren yang moderat, toleran, dan komitmen cinta tanah air, maka diharapkan para santri semakin vokal untuk menyuarakan dan meneladankan hidup damai, serta menekan lahirnya konflik ditengah-tengah keragaman masyarakat.
“Marilah kita tebarkan kedamaian, kapanpun, dimanapun, kepada siapapun,” pungkas Bu Anna seraya mengajak. *[JP]