Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Pada Rabu (07/02/2018) siang, para pemuda yang berasal dari Desa Gayam, Mojodelik, Brabowan dan Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Pertanian (SLP) yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro), di Rumah Belajar Petani Desa/Kecamatan Gayam.
Para peserta yang rata – rata merupakan anak petani, mengikuti diskusi dan sharing untuk memotivasi mereka agar menjadi pengusaha pertanian yang maju.
Kegiatan diskusi dengan didampingi oleh 3 narasumber, yakni Ketua LPPM Unigoro, Laily Agustina Rahmawati (Mbak Laily), Dosen Fakultas Pertanian (Faperta) Unigoro, Ir. Darsan, dan Anggota LPPM Unigoro, Yaumitdin Sugianto (Mas Anto).
Ketua LPPM Unigoro, Mbak Laily selaku narasumber menyampaikan, bahwa Indonesia sebagai negeri agraris namun minim regenerasi petani, hal itu akan mengancam kedaulatan pangan nasional. Khususnya di Bojonegoro, masalah tersebut menjadi sorotan dalam diskusi. Yang mana jumlah petani di Bojonegoro semakin menipis, terutama petani muda yang berusia di bawah 35 tahun.
“Kabupaten Bojonegoro memiliki visi dan misi untuk menjadi lumbung pangan dan energi nasional, tentu hal ini akan sulit terwujud jika melihat bahwa saat ini regenerasi petani sangat minim,” ujar Mbak Laily yang juga dosen Faperta Unigoro.
Menurutnya, berdasarkan data yang diperoleh saat ini sebanyak 70% petani di Bojonegoro sudah berusia di atas 50 tahun, hal ini dinilai sangat bertolak belakang dengan semangat Bojonegoro untuk menjadi lumbung pangan nasional.
“Untuk mendukung terwujudnya Bojonegoro sebagai lumbung pangan nasional, maka kami mencoba menumbuhkan minat para pemuda untuk berani menjadi pengusaha pertanian, dan mengubah mindset bahwa menjadi petani itu sengsara,” imbuh Mbak Laily penuh harap.
Hal senada diungkapkan oleh Ir. Darsan yang juga aktif menjadi pengusaha pertanian. Menurutnya, peluang menjadi pengusaha pertanian untuk bisa sukses sangatlah besar, tentu jika dilakukan dengan manajemen pertanian yang baik.
“Penghasilan menjadi petani itu besar apabila bisa mengelola dengan baik, yakni dengan ilmu manajemen pertanian yang harus dipraktekkan,” ucapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Faperta Unigoro tersebut menuturkan, rata-rata para petani di Indonesia masih menggunakan cara konvensional dalam mengelola lahannya, sehingga tak jarang mereka sering merugi.
“Motivasi untuk para pemuda agar mau menjadi pengusaha di bidang pertanian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas mereka dan memberikan pandangan tentang pertanian yang menguntungkan,” tambah Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bojonegoro tersebut.
Kendala utama yang dihadapi dalam proses regenerasi petani ini terutama berasal dari keluarga petani itu sendiri, yang menghendaki agar anak – anaknya tidak menjadi petani seperti mereka.
Hal tersebut diamini oleh para peserta yang kebanyakan merupakan anak dari petani.
Selain itu, semakin menipisnya lahan pertanian juga menjadi kendala lainnya. Dengan adanya diskusi siang tadi diharapkan akan mampu menumbuhkan minat para pemuda agar tidak takut menjadi petani.
Perlu diketahui, LPPM Unigoro masih akan melakukan pendampingan kepada para pemuda dan petani di Kecamatan Gayam melalui program SLP, dengan difasilitasi oleh Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL).
Selain menggelar pertemuan rutin, LPPM Unigoro juga langsung melakukan praktek lapangan dengan para petani di wilayah tersebut. *[JP]