Sabtu, April 19, 2025
Google search engine
BerandaPertanianAtasi Rendahnya Harga Gabah Petani, LPPM Unigoro Sosialisasikan SRG

Atasi Rendahnya Harga Gabah Petani, LPPM Unigoro Sosialisasikan SRG

Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Jumat (05/01/2018), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro) yang didukung ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), kembali menyelenggarakan Sekolah Lapang Pertanian (SLP).

SLP yang bertempat di Balai Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini, untuk mengenalkan “Sistem Resi Gudang (SRG)” kepada 80 Petani Se- Kecamatan Gayam yang meliputi Desa Gayam, Mojodelik, Bonorejo, dan Brabowan.

Ketua LPPM Unigoro, Laily Agustina Rahmawati (Mbak Laily) menyampaikan bahwa dalam SLP kali ini, Tim LPPM UNIGORO mengenalkan SRG sebagai salah satu solusi bagi petani agar gabah mereka terjual dengan harga tinggi.

“Semoga SRG menjadi solusi bagi kesejahteraan petani. Karena selama ini, pada saat panen raya petani sering kali tidak memiliki pilihan, yakni selain menjual gabah dengan harga murah ke tengkulak. Hal tersebut yang membuat perekonomian petani sampai saat ini semakin sulit,” ujar Mbak Laily saat membuka sosialisasi SRG ini.

Sementara itu, Sekertaris Dinas Perdagangan Kabupaten Bojonegoro, Agus Hariyana yang hadir sebagai pemateri SLP ini menyampaikan tentang keuntungan atau manfaat SRG, dan kelemahan system yang telah berjalan saat ini.

Menurutnya, SRG adalah suatu sistem penyimpanan sementara gabah petani pada saat panen raya, sehingga dapat dijual kembali pada saat harga tinggi. Sedangkan sebagai jaminan gabahnya, petani akan menerima resi yang dapat disimpan sebagai surat berharga, atau digunakan sebagai alat jual beli komoditi di pasar lelang, bahkan dapat digunakan sebagai agunan untuk peminjaman di Bank mitra.

“Keuntungan petani menjalankan system ini adalah petani mendapatkan harga jual yang baik, dan mendapat kepastian mutu. Karena system ini harus melalui uji mutu oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK), dan mendapat pinjaman dari Bank, bahkan dapat mempermudah jual – beli komoditi baik secara langsung maupun melalui pasar lelang,” paparnya.

Foto : Anggota Tim SLP LPPM Unigoro, Yaumitdin Sugianto saat menyerahkan bantuan barang kepada salah satu petani peserta SLP LPPM Unigoro, di Balai Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (05/01/2018).

Agus Hariyana menambahkan, berdasarkan keuntungan tersebut, maka pantas jika SRG menjadi system penjualan alternatif yang dapat dipertimbangkan petani. Apalagi SRG tidak hanya berlaku untuk komoditas tanaman padi, tetapi bisa juga untuk jenis tanaman lain seperti kedelai, jagung, gaplek, dsb.

Dijelaskannya pula, selain keunggulan, SRG yang telah berjalan di Bojonegoro juga masih memiliki banyak kekurangan. Antara lain, Posisi Gudang RSG yang belum merata di semua wilayah Bojonegoro, karena hanya ada di Dander, Kalitidu, dan Padangan, menyebabkan wilayah lain yang lokasinya jauh dari ketiga kecamatan tersebut akan membutuhkan biaya transport yang lebih tinggi.

“Kelemahan pelaksanaan SRG di Bojonegoro yakni masalah gudang. Karena Gudang SRG yang telah beroperasi dengan baik, baru Gudang SRG di Kecamatan Padangan. Sedang Gudang yang berada di Dander dan Kalitidu masih belum bisa beroperasi secara optimal. Hal itu disebabkan beberapa hal, seperti: belum ada pengelola yang memenuhi kualifikasi, pemilihan alat dryer yang tidak efektif, dan design bangunan gudang yang kurang sesuai,” ungkapnya.

Lebih lanjut Agus Hariyana menjelaskan, bahwa selain gudang, masalah SRG di Bojonegoro ini bertambah lagi dengan adanya laporan petani yang mengeluhkan, lamanya Bank mitra SRG dalam mencairkan pinjaman kepada petani dengan agunan yang berupa Resi Gudang.

“Selain Gudang, masalah SRG di Bojonegoro ini terkait Petani yang harus menunggu 2 minggu hingga 1 bulan agar pinjamannya kepada Bank mitra SRG bisa cair,” jelas Agus Hariyana.

Menanggapi pemaparan pemateri, Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB) – Unigoro, Arief Januarso selaku Manager Program SLP LPPM Unigoro mengatakan, bahwa meskipun demikian permasalahan dalam SRG harus dikaji ulang! sehingga SRG dapat dijalankan oleh petani dan tidak malah merugikan petani, karena pada dasarnya SRG ini dibuat untuk membantu petani.

“Biaya produksi pertanian saat ini sudah cukup tinggi, maka hasil pertanian tidak boleh dijual rugi!. Untuk itu, kalo perlu kita harus belajar SRG di Cianjur, biar petani bisa belajar dari mereka yang sudah sukses menerapkan SRG di sana,” pungkas Arief Januarso menegaskan. *[JP]

BERITA TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

TERPOPULER

KOMENTAR