Oleh : Kang Yoto
“Everthing Depend On Your Intention – Innamal A’malu Binniyyah”.
Segala sesuatu tergatung niat Anda, segala karya tergantung niatnya. Pernyataan ini menggambarkan betapa pentingnya niat. Sebuah gerak dalam hati yang tidak dapat dilihat dari luar dan sepenuh tergantung diri sendiri.
Dari mana datangnya niat?
Apa bukti niat baik?
Bagaimana menumbuhkan niat baik?
Niat memang sepenuhnya datang dari dalam diri seseorang, namun ia lahir dari apa yang dilihat, dipahami dan diyakini. Setelah melihat sesuatu yang dipahami kurang atau lebih dan tepat atau tidak tepat biasanya akan muncul gerak hati untuk mempertanyakan atau melakukan sesuatu. Karena itulah penting sekali memiliki pemahaman yang tepat dan benar atas apa yang sedang terjadi. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah berbagai hal yang menjadi keyakinan seseorang.
Untuk inilah mengapa diperlukan belajar ilmu pengetahuan untuk menjadi alat memahami bagaimana proses sesuatu itu terjadi, namun juga memahami hukum kehidupan bagaimana seharusnya dijalankan, hukum ini yang dalam bahasa agama disebut sebagai rukun iman dan dalam kebangsaan disebut dengan ideologi bangsa. Seorang muslim misalnya akan menentukan niatnya setelah melihat dan memahami sesuatu berdasarkan keimanan keagamaan dan kebangsaannya.
Taruhlah sedang terjadi bencana di daerah dimana kita hidup, maka yang pertama akan muncul pertanyaan kenapa terjadi, apa yang perlu dilakukan, dengan siapa dan kapan. Pertanyaan ini menyangkut aktifitas berniat, berpikir, berbuat atau berkarya, bersinergi, berkolaborasi, berkomunikasi, berinovasi dan berefleksi sekaligus.
Jadi apa bukti niat baik? Jawabnya adalah berpikir, berkarya dan berkolaborasi secara baik
Bagaimana menciptakan lingkungan sosial, pendidikan dan proses belajar mengajar yang dapat melahirkan niat baik?
Setiap kejadian di sekitar kita, setiap mata pelajaran yang mengajarkan bagaimana kehidupan berjalan dapat dijadikan bahan melahirkan niat baik. Caranya: selain mempertanyakan kenapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, ajaklah selalu bertanya apa yang dirasakan, konsultasikan dengan cita cita dan keyakinan, tanyakan apa yang mungkin dapat dilakukan. Semua pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur, dengan hati terbuka dan pikiran terbuka, dan dalam rangka menghakimi tapi mendorong tumbuhnya semangat positif.
Di dalam kelas atau di lapangan upacara guru (apapun mata pelajarannya) dan kepala sekolah misalnya, harus terus membiasakan di awal dan di akhir pelajarannya memasukkan proses ini sampai tumbuh anak-anak yang wajahnya cerah penuh semangat, positif melihat lingkungan dan optimis meraih masa depan.
Semangat Sukses..!!!
Jakarta, 11 Agustus 2017
Penulis Adalah : Bupati Bojonegoro, Jawa Timur