Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Kesehatan merupakan salah satu layanan dasar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, menyadari akan hal ini Pemkab Bojonegoro, Kamis (16/02/2017) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) peningkatan mutu layanan kesehatan.
Saat memimpin Rakor, Sekda Soehadi Moeljono dihadapan pimpinan Puskesmas se- Bojonegoro menyampaikan, peningkatan kualitas layanan kesehatan ini menjadi tugas bersama, yakni mulai infrastruktur, manajeman, kualitas layanan, SDM, dan aspek lainnya.
Karenanya Sekda Soehadi menekankan kepada seluruh kepala UPT untuk mengidentifikasi setiap masalah diwilayah masing-masing, sekaligus solusi yang akan dilakukan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Lebih lanjut Sekda Soehadi menegaskan, RSUD Sosodoro Bojonegoro, RS Padangan, dan RS Sumberejo ditahun 2017 ini harus selesai baik kelengkapan, sarana prasarana pendukung, dan SDM. Bahkan RS Jiwa yang direncanakan di Bojonegoro harus diperhatikan.
“Kepada para Pimpinan SKPD untuk mendukung dan membantu dalam upaya merealisasikan peningkatan kualitas layanan kesehatan di tahun 2017 ini, sehingga akan semakin cepat dalam memberikan layanan kepada masyarakat,” tandasnya.
Sebelumnya, Kadis Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr. Sunhadi dalam laporannya menyampaikan, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi faktor lingkungan mencapai 45 persen, perilaku 35 persen dan layanan kesehatan 15 persen.
Dr. Sunhadi menambahkan, Angka Kematian Ibu (AKI) di Bojonegoro ditahun 2015 dan 2016 sejumlah 23 kasus, dan ditahun 2017 sampai januari diangka 0. Hal ini berbeda dengan Bulan Januari 2016 lalu, AKI di Bojonegoro terdapat 6 kasus kematian ibu.
Dr. Sunhadi, juga menyampaikan penyebab tingginya AKI di Bojonegoro, karena banyak Ibu hamil dibawah usia 20 tahun. Kedua, Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) dibawah 20 tahun / diatas 35 tahun yang beresiko tinggi. Serta Ketiga, Akibat penyakit penyerta. Seperti ditahun lalu ibu hamil yang menderita penyakit jantung 10 orang dan 5 diantaranya wafat.
Selain itu, dr. Sunhadi mengatakan, bahwa Kematian Bayi ditahun 2016 karena Bayi lahir dengan kondisi berat badan yang rendah (BBLR), yang kasusnya mencaai 112 bayi dengan usia kehamilan 32 minggu dan berat bayi dibawah 500 gram.
Menurut Sunhadi hal ini dikarenakan gizi ibu yang rendah dimasa kehamilan. Berkaca dari kasus kematian Ibu dan Bayi inilah, maka Dinkes Bojonegoro melakukan beberapa upaya diantaranya dengan pendewasaan usia perkawinan, revitalisasi UKS, dan kegiatan lain. *[JP]