Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Sabtu (04/02/2017), Bupati Bojonegoro, Kang Yoto memantau daerah terdampak banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Pantauan dimulai ke Avoer Desa Semanding, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Disini Kang Yoto melihat pintu air yang sudah ditutup. Kemudian rombongan menuju Desa Bogo, Kecamatan Kapas.
Kang Yoto bahkan menghampiri beberapa anak yang asik bermain air dan berenang. Ketika ditanya apakah mereka bisa berenang, anak – anak ini kompak menjawab bisa, dan ketika ditantang berenang beberapa meter, anak – anak ini demikian bersemangat melakukannya.
“Masyarakat boleh menikmati banjir dengan berenang, asal bisa berenang, namun jika tidak bisa berenang maka dilarang. Bahkan kami mengisyaratkan bahwa salah satu persyaratan lulus jenjang SMP adalah bisa berenang. Renang harus menjadi mulok di sekolah apalagi banjir adalah hal rutin yang terjadi di Bojonegoro,” tandas Kang yoto.
Masih ditempat yang sama, Kang Yoto sempat dihampiri 2 pelajar SMPN 1 Kapas. Kepada 2 siswa ini Kang Yoto bertanya, apakah mereka bisa berenang. Devi, pelajar kelas 10 mengaku bisa berenang, namun Eva pelajar kelas 9 mengaku belum bisa berenang. Lalu Kang yoto berpesan, yang sudah bisa berenang boleh menikmati banjir, namun yang belum dilarang.
Setelah berinteraksi dengan anak – anak, Kang yoto menghampiri beberapa warga yang memanen tanaman padi mereka. Sebagian besar mereka memilih panen dini, karena takut banjir merendam tanaman padinya, dan daripada merugi mereka lebih memilih panen dini.
Selanjutnya Kang Yoto memberikan penjelasan agar warga dan petani tidak memanen dini. Karena banjir tak sebesar dulu, diperkirakan puncak banjir tak seperti tahun lalu. Petani dihimbau untuk peka terhadap informasi baik dari radio atau informasi dari perangkat desa. Radio selalu menginformasikan perkembangan banjir oleh karenanya petani harus pro aktif.
Kang Yoto juga menyamapikan, agar para petani mengikuti asuransi pertanian. Asuransi ini tidak mahal hanya 18.000 rupiah untuk setengah hektar, tanaman padi setiap musim tanam. Dan jika terjadi kerusakan, maka petani akan mendapatkan klaim 3 juta rupiah.
Menanggapi anjuran Kang Yoto, ternyata banyak petani yang tidak mengetahui akan asuransi pertanian ini. Oleh karenanya sosialisasi tentang hal ini akan diintensifkan mulai kepada petani, kelompok tani dan perangkat desa.
Seusai dari Desa Bogo Kecamatan Kapas. Kang Yoto dan rombongan menuju ke Desa Kedungdowo, Kecamatan Balen. Ditempat ini Bupati melihat ruas jalan desa yang terendam banjir setinggi lutut orang dewasa ini.
Diakhir pantuannya, Kang Yoto mengemukakan, salah satu faktor mewabahnya hama wereng, karena aktifitas tanam padi yang setahun penuh dilakukan petani. Untuk itu, Pemkab menghimbau pasca banjir ini, dimohon seluruh petani selama sebulan tidak menanam apapun dilahan mereka. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai perkembangan hama wereng. *[JP]