Suaraairlangga.com, Bojonegoro – Indonesia memiliki tidak kurang dari 10% keanekaragaman reptile di dunia, mulai dari yang tidak berbisa hingga yang dapat menimbulkan kematian semuanya ada. Hal ini yang mendasari Sholikin bersama kawan-kawannya dari Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, pada bulan Agustus 2015 mendirikan Komunitas pencinta hewan khususnya jenis reptile, yang diberi nama Animal Lover Community (ALC).
ALC dengan 7 orang anggota aktif ini, masing-masing mempunyai berbagai koleksi hewan, ada ular, buaya, iguana dan lain-lain Sholikin, ketua ALC mengatakan, “Kami melestarikan hewan eksotik khususnya reptile sebagai hobi, dan kami sering diundang menghibur acara. Rencananya kedepan ALC akan ternak hewan ini untuk usaha mas,” kata Sholikin kepada Bengawanpost sambil memegang buaya umur 2 tahun di Carfreeday Bojonegoro (Ahad, 08/05/2016).
ALC rutin bertemu pada hari minggu sore di Taman Rajekwesi maupun alun-alun Bojonegoro. Dan selain ALC, ada komunitas sejenis yakni Bojonegoro Reptil Zone (BRZ). Ada juga Bojonegoro Cat Community (BCC), Pencinta hewan musang (KOMBAT), dan lain-lain. Banyaknya komunitas tersebut selain menyalurkan hoby, juga jadi bisnis mengiurkan seperti harga ular Albino Mob saja Rp.80 juta, bahkan ular Albino Lavender harganya sampai trilyunan.
Namun dari semua itu ada resiko dalam memelihara hewan ini, seperti dipatuk ular. Prima anggota ALC menjelaskan tentang resiko dan makannya, “Kami memberi makan Buaya dengan 2 tikus putih setiap 3 hari dan Ular setiap bulan 30 ekor kepala ayam. Memang pelihara hewan ini gampang-gampang susah. Sholikin ketua ALC saja pernah digigit ular king cobra,” tutur Prima sambil tunjukan koleksi Igunanya.
Memang reptil ada dimana-mana, diatas pohon, di daratan, dan di lautan. Di seluruh dunia, terdapat 9831 spesies reptil, dengan spesies terbanyak dari jenis kadal-kadalan 5796 spesies, disusul ular 3432 spesies, kemudian kura-kura, amphibi, buaya,dan tuatara. Sedang setiap reptil memiliki karakter berbeda, mereka memiliki pola bertahan hidup berbeda-beda.terkadang kita menemui karakter unik yang dianggap tak lazim. Harapanya semoga dengan kehadiran ALC dan lain-lain, dapat ikut menjaga ekosistem di tenggah sempitnya lahan untuk hewan-hewan ini akibat pembangunan dan aktivitas manusia. *[JP]