Oleh : Muh Marjan Halek
Maluku Utara menjadi salah satu sentral GMT yang saat ini di banjiri dengan wisatawan asing, tercatat hingga 2000 lebih wisatawan asing yang berdomisili di Kota Ternate. Hal ini merupakan salah satu ancaman besar bagi Provinsi Maluku Utara yang tidak disadari oleh masyarakat. Secara letak geografis dan Sumber Daya Alam (SDA) yang terkenal dengan hasil rempah-rempah terbesar di dunia yang pernah didatangkan Portugis dan Belanda di 350 tahun yang lalu.
Maluku Kie Raha yang saat ini di kenal dengan Maluku Utara pernah mengalami kejayaan dimasa kerajaan Maluku Kie Raha yang di bangun pada abad ke 13. Faktor utama melatarbelakangi kejayaan Maluku kie Raha adalah hasil rempah-rempah yang menarik perhatian bangsa Portugis dan Belanda untuk datang ke Maluku Utara dengan Misi perampasan hasil rempah-rempah sehingga harus menjajah masyarakat pribumi dan mengeksploitasi semua hasil cengkeh dan pala serta semua pohon pala dan cengkeh harus di tebang dan di musnakan.
350 tahun lamanya masyarakat Maluku Utara di jajah oleh bangsa Portugis dan Belanda demi mendapatkan hasil rempah-rempah untuk meningkatkan kestabilan ekonomi kolonial karena harga rempah-rempah pada masa itu setara dengan 1 kg emas di pasar internasional. Semua negara saat itu tertuju pada hasil rempah-rempah dan emas yang ada di dunia, namun wilayah Maluku Utara di kuasai oleh Portugal dan Belanda sehingga tidak ada peluang untuk Inggris masuk ke negeri tersebut.
Bertepatan dengan GMT, semua negara melirik Maluku Utara sebagai tempat yang paling pantas untuk menyaksikan langsung Gerhana Matahari. satu hal yang harus terpikirkan adalah apakah hanya dengan misi GMT para turis datang ke Ternate ?
Letak georgafis Provinsi Maluku Utara yang berbatasan langsung dengan laut Halmahera, Maluku, Seram, dan Samudera Pasifik. Maluku Utara sebagai daerah laut terluas dari daratan wilayah otonom, banyak hasil kekayaan yang terkadung di dalam laut Maluku Utara yang belum tereksploitasi oleh investor diantaranya minyak dan hasil ikan tuna terbesar di Indonesia. Disisi lain para wisatawan akan melihat peluang untuk mengembangkan bisnis dan membuka bisnis baru sesuai dengan apa yang mereka lihat di Maluku Utara (memanfaatkan hasil laut yang belum terlalu banyak di eksploitasi).
Pemerintah Provinsi Maluku Utara bangga dengan angka meningkatnya data statistik wisatawan asing (turis) yang secara langsung mempengaruhi ekonomi dan pendapatan daerah. Saat ini masih terdapat banyaknya wisatawan asing yang menikmati hari liburannya di kota Ternate, maka ini terbukti bahwa misi utama yang mereka berkunjung ke Ternate bukan hanya GMT akan tetapi terdapat misi yang lainya. Tempat wisata terbesar di Ternate adalah menikmati pemandangan laut dan isi laut sedangkan untuk tempat wisata yang di darat cukup sedikit. Maka memungkinkan para turis memiliki peluang besar untuk meneliti dan mengkaji hasil laut yang ada di Maluku Utara.
Ancaman besar bagi pemerintah Maluku Utara adalah tidak melihat sisi lain dari tujuan para wisatawan asing yang berdatangan kesana, banyak program laut yang dirancang oleh pemerintah Negara yang didukung penuh oleh pemerintah daerah yaitu Lumbung Ikan Nasional (LIN). Program ini dirancang dan dicanangkan sebagai solusi dari ekonomi kelautan yang di prediksikan akan mengalami krisis terbesar di dunia.
Apabila laut Maluku Utara dieksploitasi maka program-program LIN akan terancam dan tidak bisa di jalankan, sebagaimana sekarang progran ini terancam dengan adanya Kapal Asing (KA) sebagai praktek Illegal Fishing. Pemerintah daerah sampai saat ini tidak bisa mengusir keberadaan KA di laut Halmahera (Maluku Utara) yang secara jelas-jelas mengancam program LIN dan nelayan lokal. Belum lagi dengan hasil lain yang akan dieksploitasi oleh para investor asing yaitu hasil minyak, gas dan tambang yang terkandung di dalam laut dan tanah Maluku Utara. Maka nasib Maluku Utara suatu ketika akan sama dengan Nasib Papua yang sampai saat ini pemerintah tidak bisa menghentikan proses pengeksploitasi emas dan tidak bisa menasionalisasi perusahan Freeport.
Pemerintah Maluku Utara harus lebih mengawasi para wisatawan asing yang saat ini masih berada di sana. Sebab dengan momen GMT, mereka akan memanfaatkan untuk melihat dan meneliti lebih jauh hasil kekayaan yang ada. Pemerintah daerah tidak bisa mengusir para wisatawan GMT karena dengan hadirnya mereka akan menambah ekonomi dan pendapatan daerah. Namun pemerintah daerah harus lebih memperhatikan kegiatan wisata yang dilakukan bukan dalam pengkajian dan penelitian hasil kekayaan alam Maluku Utara, sebab pola ini sudahdigunakan oleh Portugis dan Belanda semenjak 400an tahun yang lalu dan akhirnya berdomisili di Ternate selama 350 tahun dan merambas semua hasil kekayaan alam (Rempah-Rempah).
Penulis adalah Aktivis Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Tokoh pemuda Indonesia Timur.